Sabtu, 18 April 2020

KONSEP DASAR KEWIRAUSAHAAN

Saat ini, ilmu kewirausahaan telah berkembang pada berbagai bidang. Awalnya kewirausahaan hanya diaplikasikan pada bidang perdagangan saja, namun saat ini dalam bidang- bidang tertentu kewirausahaan telah menjadi kompetensi inti guna menciptakan perubahan, pembaharuan dan kemajuan sehingga tidak hanya dapat di gunakan sebagai kiat-kiat bisnis semata tetapi juga untuk menciptakan peluang menuju kesejahteraan masyarakat.
 
Kewirausahaan pada dasarnya adalah disiplin ilmu yang mempelajari tentang nilai, kemampuan dan perilaku seseorang untuk memperoleh pekerjaan atau melakukan kegiatan usaha untuk memenuhi kebutuhan orang lain dengan memperoleh keuntungan. Hal tersebut dilakukan guna menghadapi tantangan hidup agar dapat memenuhi kebutuhan lebih baik. 

Dahulu kewirausahaan dianggap dapat dilakukan melalui pengalaman langsung di lapangan dan merupakan bakat yang di bawa sejak lahir yang tidak dapat di pelajari dan di ajarkan.Seseorang yang memiliki bakat kewirausahaan dapat mengembangkan bakatnya denganpendidikan sehingga orang-orang dapat mengenal potensi dan belajar mengembangkannyauntuk menangkap peluang serta mengorganisasi usaha dalam mewujudkan cita-citanya.Sehingga untuk menjadi wirausaha yang sukses tidak hanya memiliki bakat saja tetapi harusdi bekali dengan pengetahuan dari segala aspek usaha yang di tekuninya.

ASET TIDAK LANCAR YANG DIMILIKI UNTUK DIJUAL

Asset tidak lancar adalah asset yang tidk memenuhi definisi asset lancar, misalnya asset asset tetap atau asset tak berwujud. Dimiliki untuk dijual artinya nilai tercatat asset akan dipulihkan melalui penjualan, bukan digunakan dalam kegiatan usaha. 
Suatu asset yang dimiliki untuk dijual adalah ketika entitas berniat untuk tidak menggunakan asset tersebut dalam kegiatan operasinya, namun berniat untuk menjualnya. Asset tidak lancar yang dimiliki untuk dijual  diatur tersendiri dalam PSAK 58 (Revisi 2009).

Untuk dapat diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual , asset harus memenuhi dua syarat, yaitu:
  1. Berada dalam keadaan dapat dijual Artinya asset ini dalam kondisi siap diual dengan syarat-syarat yang bisa dan umum diperlukan dalam penjualan asset tersebut. 
  2. Penjualannya harus sangat mungkin terjadi Transaksi penjualan dimaksud disini termasuk juga penjualan melalui pertukaran asset tidak lancar dengan asset lancar lainnya. PSAK 16:Aset Tetap
Pada saat asset tersebut diklasifikasikan sebgai asset tidak lancar yang dimiliki untuk dijual, nilai tercatat asset tersebut diukur sesuai dengan PSAK terkait.

Pada saat asset tidak lancar diklasifikasi menjadi asset tidak lancar untuk dijual, asset tersebut sudah diukur pada nilai yang lebih rendah, antar nilasi tercatat atau nilai wajar neto.
Suatu asset tetap yang memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai asset pada awalnya harus diukur sebesar biaya perolehan. Biaya perolehan asset tetap meliputi: 
  1. Harga perolehannya, termasuk bea impor dan pajak pembelian yang tidak boleh dikreditkan setelah dikurangi diskon pembelian dan potongan lain.
  2. Biaya-biaya yang dapat didistribusikan secara langsung untuk membawa asset kelokasi dan kondisi yang diinginkan agar asset siap digunakan sesuai dengan keinginan dan maksud manajemen.
  3. Estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan asset tetap dan restorasi lokasi asset.
Aset tetap dihentikan pengakuan pada saat dilepaskan atau tidak ada manfaat ekonomis masa depan yang diharapkan dari pelepasan atau penggunaannya.
Laba rugi dari penghentian pengakuan aset harus dimasukkan dalam laporan laba rugi pada saat aset tersebut dihentikan pengakuannya. Laba tidak boleh diklasifikasikan sebagai pendapatan.
Laba rugi dari penghentian dimasukkan dalam laba rugi sebesar perbedaan nilai neto hasil pelepasan dengan nilai tercatat dari asset.

Kamis, 16 April 2020

ASET TAK BERWUJUD

Berdasarkan PSAK 19 paragraf 8 (revisi 2010) aset tidak berwujud adalah aset  non-moneter  yang  dapat diidentifikasi tanpa wujud fisik. Aset ini dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan atau menyerahkan barang atau jasa, disewakan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif. Aset tetap tidak berwujud diakui jika dan hanya jika:
  1. Kemungkinan besar perusahaan akan memperoleh manfaat ekonomis masa depa dari aktiva tersebut, dan
  2. Biaya perolehan aset tersebut dapat dikur secara andal.
Karakteristik Aset Tidak Berwujud
Aset tidak berwujud memiliki tiga karakteristik utama, yaitu: 
a) Kurang memiliki eksistensi fisik Aset tidak berwujud memperoleh nilai dari hak dan keistimewaan atau privilege yang diberikan kepada perusahaan yang menggunakannya.

b) Bukan merupakan instrumen keuangan
Aset tidak berwujud merupakan instrumen keuangan dan menghasilkan nilainya dari hak (klaim) untuk menerima kas atau ekuivalen kas di masa depan. 

c) Bersifat jangka panjang dan menjadi subjek amortisasi
Aset tidak berwujud menyediakan jasa selama periode bertahun-tahun. Investasi dalam aset ini biasanya dibebankan pada periode masa mendatang melalui beban amortisasi periodik.

Selain tiga karakteristik utama tersebut, terdapat juga beberapa karakteristik pendukung aset tidak berwujud, yaitu: 
a. Aset tidak berwujud diperoleh melalui pencairan/pengembangan atau dibeli baik secara terpisah atau menjadi satu dengan aset lain; 
b. Aset tidak berwujud digunakan dalam operasi perusahaan secara tidak langsung; 
c. Aset tidak berwujud sangat dipengaruhi oleh aktivitas pesaing; 
d. Aset tidak berwujud hanya memiliki nilai pada suatu perusahaan; 
e. Aset tidak berwujud bukan ditentukan umur ekonomisnya.

*****

Aset tidak berwujud pada awal perolehannya harus diakui sebesar harga perolehannya, untuk periode berikutnya aset tidak berwujud dilaporkan sebesar nilai tercatatnya. Penentuan harga perolehan aset tidak berwujud bergantung pada cara perolehannya. Aset tidak berwujud yang diperoleh melalui pembelian atau transaksi kas lainya maka harga perolehannya adalah sebesar jumlah uang yang dibayarkan dan atau yang akan dibayarkan. Bila aset tidak berwujud diperoleh melalui proses pertukaran dengan aset lainnya maka harga perolehannya adalah sebesar taksiran harga pasar dari aset yang digunakan sebagai penukar.

Berdasarkan PSAK 19 paragraf 27 (revisi 2010) biaya perolehan aset tidak berwujud terdiri dari: 
  • Harga  beli,  termasuk  bea  masuk  (import),  dan  pajak pembelian  yang tidak  dapat  dikembalikan,  setelah dikurangkan diskon dan rabat: dan 
  • Segala  biaya  yang  dapat  dikaitkan  secara  langsung dalam mempersiapkan aset tersebut sehingga siap untuk digunakan.

Selama umurnya, harga perolehan aset tidak berwujud harus dilakukan amortisasi. Dalam PSAK 19 (revisi 2010) dinyatakan bahwa: 
Jumlah yang dapat diamortisasikan dari aset tidak berwujud harus dialokasikan secara sistematis berdasarkan perkiraan terbaik dari masa manfaatnya. Masa manfaat aset tidak berwujud dapat ditentukan oleh suatu entitas, yaitu manfaat terbatas ataupun masa manfaat yang tidak  terbatas. Amortisasi mulai dihitung saat aset tidak berwujud siap digunakan. 

Masa Manfaat
Pada umumnya masa manfaat aset tidak berwujud tidak akan melebihi 20 tahun sejak tanggal aset siap digunakan, terkecuali ada bukti yang menyakinkan bahwa masa manfaat suatu aset tidak berwujud melebih 20 tahun. Faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan masa manfaat suatu aset tidak berwujud, antara lain:
  • Perkiraan pemakaian aset oleh perusahaan dan efisiensi pengelolaannya oleh tim manajemen lain;
  • Siklus hidup produk yang lazin bagi aset tersebut dan informasi yang  beredar mengenai estimasi masa manfaat aset sejenis yang digunakan dengan cara yang sama;
  • Keusangan teknis, teknologi, atau jenis-jenis keusangan lainnya;
  • Stabilitas industri tempat aset tersebut beroperasi dan perubahan- 
  •  perubahan dalam permintaan pasar atas produk dan jasa yang dihasilkan oleh  aset tersebut;
  • Perkiraan tindakan oleh pesaing atau calon pesaing;
  • Tingkat/jumlah pengeluaran untuk pemeliharaan yang dibutuhkan untuk  mendapatkan manfaat ekonomu masa depan dari aset dan kemampuan serta  maksud perusahaan untuk mencapai tingkat tersebut;
  • Periode pengendalian aset dan pembatasan hukum atau pembatasan lainnya  yang dikenakan atas penggunaan aset tersebut, seperti tanggal berakhirnya sewa guna usaha yang terkait; dan
  • Ketergantungan masa manfaat aset tersebut atas masa manfaat aset lainnya dari perusahaan.
Nilai Sisa
Nilai sisa suatu aset tidak berwujud seharusnya diasumsikan sama dengan nol, kecuali:
a. Ada komitmen dari pihak ketiga untuk membeli aset tersebut pada akhir masa manfaatnya, atau
b. Ada pasar aktif bagi aset tersebut dan:
-Nilai sisa aset dapat ditentukan dengan mengacu pada harga yang berlaku di pasar tersebut; dan -Terdapat kemungkinan yang cukup besar bahwa yang aktif tersebut akan tetap ada pada akhir masa manfaat aset.

6. Amortisasi Aset Tidak Berwujud
Amortisasi  adalah  alokasi  sistematis  jumlah  tersusutkan suatu aset tidak berwujud selama masa manfaatnya. Harga perolehan aset tidak berwujud dibebankan secara periodik ke dalam perhitungan laba rugi perusahaan. pembebanan harga perolehan aset ini disebut amortisasi. Jumlah yang dapat diamortisasi dari suatu aset tidak berwujud harus dialokasikan secara sistematis berdasarkan perkiraan terbaik dari masa manfaatnya.
Aset tidak berwujud umumnya diamortisasi menggunakan metode garis lurus. Ketika aset tidak berwujud diamortisasi, beban harus ditunjukkan sebagai beban dan kredit dilakukan ke akun akumulasi secara terpisah. Jurnal yang harus dibuat adalah:
Beban Amortisasi           Xxxxx       
        Akumulasi Amortisasi             Xxxxx

Rounded Rectangle: Jenis-jenis Aset Tidak Berwujud
1. Aset tidak berwujud dalam bentuk berbagai hak yang menyertai berbagai produk intelektual dam pemanfaatan fasilitas pihak lain, baik yang diperoleh dari proses internal maupun yang diperoleh dengan cara membeli atau proses pertukaran.

a. Hak cipta (Copyright)
Adalah hak yang diberikan kepada pengarang, pencipta, aransemen untuk menerbitkan, menjual atau mengawasi karyanya. Hak cipta dapat dijual untuk diberikan kepada pihak lain berdasarkan perjanjian-perjanjian yang telah disepakati.
Harga perolehan hak cipta mencakup keseluruhan pengeluaran mulai saat penyusunan atau penelitian sampai pengurusan ijin hak cipta hingga sertifikat hak cipta diterima. Harga perolehan hak cipta diamortisasi sepanjang masa manfaatnya.

b. Hak paten

Adalah hak yang diberikan kepada pihak yang menemukan hal baru untuk memproduksi, menjual atau mengawasi penemuannya dalam jangka waktu tertentu. hak paten bisa digunakan sendiri oleh penemunya atau diserahkan kepada pihak lain berdasarkan kesepakatan.
Harga perolehan hak paten adalah mencakup keseluruhan pengeluaran yang meliputi biaya penelitian, biaya pengembangan, pembuatan gambar dan model, biaya percobaan-percobaan, dan lain-lain termasuk biaya pengurusan hak paten hingga sertifikat hak paten diterima.

c. Hak merk dagang
Adalah hak cipta dan hak untuk menggunakan suatu tanda pengenal atau simbol atas suatu barang yang diusahakan. Harga perolehan hak merk dagang adalah meliputi biaya perencanaan gambar atau desain gambar, biaya sayembara pembuatan lambing, dan lain-lain termasuk biaya pengurusan ijin merk dagang hingga sertifikat merk dagang diterima. Jurnal yang dibuat:
Tanggal 1 Januari 20xx
Hak Merk Dagang      Xxxxx       
       Kas                       Xxxxx
Beban Amortisasi Hak Merk Dagang          Xxxxx       
       Akumulasi Amortisasi Hak Merk Dagang            Xxxxx

d. Hak franchaise
Adalah hak untuk menggunakan fasilitas-fasilitas tertentu yang dimiliki oleh suatu pihak (franchisor) kepada pihak lain sebagai pengguna fasilitas (franchisee). Franchisee hanya berhak untuk menggunakan hak franchaise untuk kepentingannya sesuai dengan perjanjian yang disepakati, tidak mempunyai hak untuk menjual atau mengalihkan hak franchaise kepada pihak lain. Bagi franchisor harga perolehan hak franchaise adalah sebesar uang yang dikeluarkan untuk mengurus ijin hak franchaise hingga sertifikat franchaise diterima. Sedangkan harga perolehan hak frainchisee adalah sebesar harga yang dibayarkan kepada franchisor.

e. Hak sewa (Leasehold)
Adalah hak untuk menggunakan aset tetap tertentu yang diatur dalam perjanjian sewa-menyewa. Perlakuan akuntansi terhadap pengeluaran untuk mendapatkan hak sewa tergantung bagaimana cara pembayaran sewa dilakukan. Terdapat dua cara pembayaran sewa, yaitu:
1. Sewa dibayar setiap periode, maka pembayaran sewa diperlakukan sebagai beban operasional untuk periode dibayarkan sewanya.
2. Sewa dibayar untuk beberapa periode, bila sewa yang dibayarkan itu untuk beberapa periode yang relative pendek maka sewa dibayar dimuka tersebut diklasifikasikan sebagai aset lancar dicatat dalam perkiraan sewa dibayar dimuka. Sedangkan bila sewa dibayar dimuka untuk beberapa periode yang relatif panjang maka sewa dibayar dimuka tersebut diklasifikasikan sebagai aset tidak berwujud dalam perkiraan Hak Sewa.
Harga perolehan hak sewa adalah meliputi pembayaran sewa kepada pemilik aset dan pengeluaran-pengeluaran lain untuk mempersiapkan aset yang disewa tersebut siap digunakan dalam operasi perusahaan.

f. Hak eksklusif
Adalah hak khusus yang diberikan oleh negara untuk mengelola fasilitas publik atau sumber daya alam yang dimiliki negara. Harga perolehan hak eksklusif meliputi biaya survei, biaya riset, biaya pemetaan, biaya eksplorasi, biaya pengadaan/pembangunan berbagai fasilitas, biaya perijinan dan biaya-biaya lain terkait dengan uapaya perolehan hak tersebut hingga hak eksklusif tersebut dinyatakan siap untuk memberikan kontribusinya pada operasi perusahaan.

2. Aset tidak berwujud yang timbul karena aktivitas penelitian dan pengembangan produk, adanya nilai lebih perusahaan, perubahan struktur, kepemilikan dalam perusahaan, reorganisasi perusahaan ataupun rearrangement sistem.

a. Formula dan Proses Rahasia
Adalah hak atas penemuan sesuatu rumus atau formula atau sesuatu proses pembuatan suatu produk. Harga perolehan aset tidak berwujud ini meliputi semua biaya yang dikeluarkan atau ditanggung perusahaan dalam rangka memperoleh hak tersebut, yaitu biaya riset, biaya percobaan-percobaan, biaya perijinan dan biaya-biaya lain yang terkait dengan perolehan hak ini.
Harga perolehan formula dan proses rahasia adalah sebesar harga pembelian dan biaya-biaya lain yang terkait dengan pembelian aset tidak berwujud.

b. Software (Perangkat Lunak Komputer)
Adalah kumpulan konsep, aktivitas, dan prosedur yang digunakan dalam program computer untuk melaksanakan suatu fungsi atau pekerjaan tertentu.
Harga perolehan perangkat lunak komputer yang dibeli adalah sebesar harga beli ditambah semua biaya sampai perangkat lunak computer siap digunakan. Apabila perusahaan mengembangkan sendiri perangkat lunak komputer maka harga perolehannya adalah semua biaya yang dikeluarkan untuk membuat perangkat lunak komputer tersebut. Harga perolehan tersebut akan diamortisasi selama umur ekonomisnya.

c. Biaya-biaya ditangguhkan serta biaya penelitian dan biaya pengembangan Adalah biaya-biaya yang harus ditangguhkan pembebannya dikarenakan jumlahnya yang relatif besar, belum berlalunya waktu atau belum terjadinya aktivitas yang dapat digunakan sebagai dasar pembebanan yang logis. Biayabiaya yang ditangguhkan adalah biaya pendirian perusahaan, biaya rearrangement, biaya relokasi pabrik. Biaya ini harus ditangguhkan karena:

-Jumlahnya relatif besar sehingga tidak logis bila dibebankan untuk periode terjadinya pengeluaran;
-Biaya tersebut memberi manfaat keekonomisan pada periode-periode berikutnya.

d. Biaya organisasi
Adalah biaya-biaya yang dikeluarkan dalam rangka pendirian dan perizinan pendirian perusahaan. biaya organisasi meliputi biaya perizinan, biaya studi kelayakan, biaya notaris dan lain-lain.

3. Aset Tidak Berwujud berdasarkan Tujuan Akuntansi
a. Aset tidak berwujud yang diamortisasi
Sifat aset tidak berwujud menimbulkan kesulitan dalam memperkirakan masa manfaatnya. Masa manfaat aset tidak berwujud dapat dipengaruhi oleh faktor hukum, ekonomi, peraturan dan kontraktual.  Faktor-faktor ini termasuk pilihan untuk memperbaharui atau memperpanjang, harus diperhitungkan dalam menentukan periode  yang tepat untuk mengalokasikan harga perolehan aset tidak berwujud tersebut.

b. Aset tidak berwujud yang tidak diamortisasi
Suatu perubahan utama dalam akuntansi untuk aset tidak berwujud dengan SFAS No. 142 yaitu beberapa aset tidak berwujud sekarang didentifikasikan memiliki masa manfaat yang tidak pasti dan tidak diamortisasi. FASB mencotohkan diantaranya: 

Lisensi penyiaran
Lisensi penyiaran memiliki periode pembaharuan selama 10 tahun. Pembaharuan akan otomatis jika pemegang lisensi penyiaran mempertahankan suatu tingkat pelayanan publik tertentu yang dapat diterima. Maka tidak ada batas akhir dari masa manfaat suatu lisensi penyiaran.

GAAP mendefiniskan goodwill adalah kelebihan biaya investasi terhadap nilai wajar yang diterima. Definisi lain secara teori, goodwill adalah ukuran nilai sekarang dari kelebihan laba masa depan yang diproyeksikan dari perusahaan yang bergabung terhadap laba normal perusahaan sejenis. Goodwill itu timbul karena adanya penggabungan usaha atau akuisisi perusahaan dengan harapan akan memperoleh manfaat ekonomis di masa depan.

Goodwill dalam sebuah kombinasi bisnis diakui sebagai aset yang menggambarkan manfaat ekonomis di masa depan yang muncul dari aset lain yang  diakuisisi  dalam  kombinasi  bisnis  tersebut  yang  tidak didefinisikan secara individual dan diakui secara terpisah.

Goodwill lebih dianggap sebagai suatu nilai sisa, jumlah harga akuisisi suatu perusahaan yang tersisa setelah semua aset berwujud dan tidak berwujud dapat diidentifikasikan. Secara umum, goodwill mewakili semua keuntungan khusus yang dapat diidentifikasikan secara terpisah namun dapat dinikmati oleh sebuah perusahaan, seperti peringkat utang yang baik, reputasi yang bagus dengan produk dan jasanya, pengalaman dalam prosen pengembangan dan distribusi, dan hubungan yang baik dengan pemerintah. Faktor-faktor inilah yang memungkinkan perusahaan menghasilkan laba diatas normal yang dihasilkan oleh aset yang dapat diidentifikasikan.

Setelah diakui, goodwill tetap ada di pembukuan perusahaan pada jumlah awalnya yang tercatat, kecuali jika ada bukti bahwa nilainya menurun. Keberatan utama perusahaan terhadap metode pembelian dibandingkan terhadap metode penyatuan kepemilikan adalah karena metode ini mengakibatkan  pengakuan goodwill yang diamortisasi dan mengakibatkan penurunan laba yang dilaporkan pada tahun berikutnya. Menurut FASB Statement No. 142, goodwill tidak lagi diamortisasi untuk tujuan pelaporan keuangan.

*****

Suatau asset tak berwujud harus dihentikan pengakuannya bila:
1. Dalam proses pelepasan, atau
2. Ketika tidakterdapat lagi manfaat ekonomis masa depan yang diharapkan dari penggunaan atau pelepasannya
Penyajian asset tak berwujud dalam laporan posisi keuangan termasuk dalam asset tidak lancar. Dalam laporan lab rugi komprehensif, penyajian beban amortisasi dan kerugian dari penurunan nilai sebagai bagian darilaba operasi berkelanjutan, kecuali apabila kerugian dari penurunan nilai asset berhubungan dengan operasi tidak berkelanjutan (discontinued operation).

DEPRESIASI

Menurut pendapat para Akuntan, penyusutan bukan merupakan masalah penilaian, namun merupakan alat untuk alokasi biaya.

Penyusutan (depreciation), adalah proses akuntansi dalam mengalokasikan biaya aset berwujud ke beban dengan cara yang sistematis dan rasional selama periode yang diharapkan mendapat manfaat dari penggunaan aset tersebut.

Pendekatan alokasi biaya digunakan karena; 
a. Nilai aset dapat berfluktuasi antara pada saat aset tersebut dibeli atau ketika aset tersebut dijual. 
b. Penandingan antara biaya dan pendapatan harus dilakukan  
c. Fluktuasi nilai pasar tidak pasti dan sulit untuk diukur 

Beberapa istilah alokasi biaya yang digunakan untuk aset tetap jangka panjang: 
a. Penyusutan (depreciation) 
Istilah yang digunakan untuk menunjukkan bahwa aset tetap telah menurun nilainya.
b. Deplesi (depletion) 
Istilah yang digunakan untuk sumber daya alam (kayu, batu, minyak, batu bara dll)  
c. Amortisasi (amortization) 
Istilah untuk aset tidak berwujud seperti paten, goodwill telah habis masa berlakunya 

Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam proses penyusutan: 
1. Dasar penyusutan yang digunakan untuk aset 
2. Masa manfaat aset 
3. Pemilihan metode pengalokasian biaya yang paling tepat untuk suatu aset.

*****

Beberapa metode penyusutan yang lazim digunakan. 
1. Metode Aktivitas (unit penggunaan dan produksi)  
Metode aktivitas (activity method) juga disebut pendekatan beban variabel atau pendekatan unit produksi, mengasumsikan bahwa penyusutan adalah fungsi dari penggunaan atau produktivitas dan bukan dari berlalunya waktu.

2. Metode Garis Lurus 
Metode ini mempertimbangkan penyusutan sebagai fungsi dari waktu, bukan fungsi dari penggunaan.  Keberatan utama penggunaan metode ini adalah karena metode ini didasarkan pada dua asumsi yang tidak realistis: 
a. Kegunaan ekonomi aset itu sama setiap tahunnya 
b. Beban reparasi dan pemeliharaan pada dasarnya sama setiap tahunnya.  

3. Metode beban menurun (dipercepat) 
Metode beban menurun menyediakan biaya penyusutan yang lebih tinggi pada tahun-tahun awal dan beban yang lebih rendah pada periode mendatang.  Justifikasi pendekatan beban menurun adalah: 
a. lebih banyak penyusutan harus dibebankan pada tahun-tahun awal karena aset lebih produktif pada tahun-tahun tersebut. 
b. Metode dipercepat memberikan biaya yang konstan karena beban penyusutan lebih rendah dalam periode berakhir, sebaliknya biaya reparasi dan pemeliharaan lebih tinggi. 

Metode yang umum digunakan adalah jumlah angka tahun (sum of the years digits method). Menghasilkan beban penyusutan yang menurun berdasarkan pecahan yang menurun dari biaya yang dapat disusutkan (biaya awal dikurangi nilai sisa). 
Jumlah angka tahun dapat dihitung dengan rumus = n (n + 1) / 2

4. Metode saldo menurun (declining balance method)  
Menggunakan tarif penyusutan (prosentase) berupa beberapa kelipatan  dari metode garis lurus.  Dalam metode saldo menurun nilai sisa tidak dikurangkan dalam  menghitung dasar penyusutan. 

Dalam prakteknya, banyak perusahaan yang menggunakan berbagai kelipatan dalam penentuan penyusutan per tahunnya, misalnya 2 kali lipat (double declining balance method) .

5. Metode penyusutan khusus            
Metode kelompok dan gabungan/komposit.

6. Metode Kelompok (group method), sering digunakan apabila aset bersangkutan cukup homogeny dan memiliki masa manfaat yang hampir sama. Metode Gabungan (composite method), digunakan apabila aset bersifat heterogen dan memiliki umur manfaaat yang berbeda. 

Metode perhitungan untuk kelompok dan gabungan pada dasarnya sama, yaitu, menemukan rata-rata dan menyusutkannya atas dasar rata-rata tersebut. Tarif penyusutan gabungan dihitung dengan cara membagi penyusutan per tahun dengan total biaya aset. 

Metode kelompok/gabungan menyederhanakan proses pembukuan dan cenderung merata-ratakan kesalahan yang disebabkan oleh kelebihan atau kekurangan penyusutan. Akibatnya, laba periodik tidak terdistorsi oleh keuntungan atau kerugian atas pelepasan aset. 

a. Metode campuran/kombinasi 

Metode penyusutan yang kembangkan sendiri secara bebas oleh setiap perusahaan tidak bertentangan dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, dengan syarat metode yang digunakan menghasilkan pengalokasian biaya aset selama umur aset dengan cara yang sistematis dan rasional.

PROPERTI INVESTASI

Menurut PSAK 13 (Revisi 2011), properti investasi adalah properti (tanah atau  bangunan, atau bagian dari suatu bangunan atau kedua-duanya) dan tidak untuk:
a. Digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa atau untuk tujuan administrasi
b. Dijual dalam kegiatan usaha sehari-hari. 

Dalam PSAK 13 juga diberikan definisi mengenai properti yang digunakan sendiri (owner occuproperti investasied properti), yaitu properti yang dikuasai (oleh pemilik atau lesse melalui sewa pembiayaan) untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang dan jasa atau untuk tujuan administrative.

Biaya perolehan aset tetap diakui jika dan hanya jika :
Besar kemungkinan manfaat ekonomi dari aset yang tergolong properti investasi akan mengalir ke dalam entitas. Biaya perolehan aktiva dapat diukur dengan andal.
Properti investasi pada awalnya diukur sebesar biaya perolehan, biaya transaksi termasuk dalam pengukuran awal tersebut. Properti investasi yang diperoleh dengan cara sewa dicatat sebagai sewa pembiayaan (PSAK 30).

*****

Entitas dapat memilih model biaya atau model nilai wajar sebagai kebijakan akuntansi dan menerapkan kebijakan tersebut pada seluruh properti investasinya. Laba atau rugi yang timbul dari perubahan nilai wajar atas properti investasi diakui dalam laporan laba rugi.

Nilai wajar harus mencerminkan kondisi pasar pada tanggal neraca. Jika menggunakan model biaya (PSAK 16). Jika entitas telah mengukur properti investasi berdasarkan nilai wajar maka entitas harus melanjutkan pengukuran tersebut berdasarkan nilai wajar hingga pelepasan atau sampai entitas mulai mengembangkan properti tersebut dan kemudian menjualnya dalam kegiatan normal perusahaan.

Transfer
Transfer Properti investasi hanya dan jika terdapat perubahan penggunaan :
a. Properti Investasi menjadi digunakan sendiri 
b. Properti Investasi menjadi persediaan
c. Berakhirnya pemakaian dari properti yang digunakan menjadi properti Investasi. 
d. Dimulainya  sewa operasi
e. Berakhirnya pengembangan/pembangunan
Dicatat sebesar nilai wajar tanggal perubahan penggunaan. Selisih perubahan akan dimasukkan dalam laba rugi.

*****

Properti investasi dihentikan pengakuannya pada saat pelepasan atau ketika properti investasi tersebut tidak digunakan lagi secara permanen dan tidak memiliki manfaat ekonomis di masa depan. Pelepasan properti investasi dapat dilakukan dengan cara dijual atau disewakan secara sewa pembiayaan. Laba rugi yang timbul dari penghentian dan pelepasan properti investasi ditentukan dari selisih hasil neto dari pelepasan dan jumlah aset tercatat dan diakui dalam laporan laba rugi pada periode penghentian dan pelepasan tersebut (kecuali PSAK 30 mensyaratkan lain).

Kompensasi dari properti investasi hak ketiga yang diberikan sehubungan dengan penurunan nilai, kehilangan dan pengembalian properti investasi harus diakui dalam laporan laba rugi ketika kompensasi tersebut dinyatakan sebagai properti investasi utang. Properti investasi disajikan sebagai bagian dari asset tidak lancar didalam laporan posisi keuangan.

ASET TETAP

Aset tetap adalah aset berwujud yang: Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif; dan Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.

Berdasarkan definisi diatas terdapat beberapa hal penting terkait asset tetap, yaitu:
  1. Asset tetap adalah asset berwujud, yaitu mempunyai bentuk fisik  (seperti tanah, bangunan), berbeda dengan paten atau merek dagang yang tidak mempunyai bentuk fisik (asset tak berwujud).
  2. Asset tetap mempunyai tujuan pengunaan khusus, yaitu diginakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administrative. Asset tanah yang dimiliki perusahaan untuk tujuan dijual bukan merupakan asset tetap.
  3. Asset tetap termasuk kedalam asset tidak lancar, karena diharapkan akan digunakan untuk lebih dari satu periode akuntansi.
*****

Biaya perolehan aset tetap diakui jika dan hanya jika :
Besar kemungkinan manfaat ekonomis di masa depan berkenaan dengan asset tersebut akan mengalir ke entitas . Biaya perolehan aset dapat diukur dengan andal. Ini merupakan prinsip pengakuan umum asset tetap. Prinsip ini diterapkan pada saat awal asset , pada saat ada bagian tertentu dari asset yang diganti ,dan jika ada pengeluaran tertentu yang terjadi terkait dengan asset tersebut selama masa manfaatnya . jika pengeluaran tersebut menimbulkan manfaat ekonomi di masa depan, maka dapat diakui sebagai asset.

*****

Suatu asset tetap yang memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai asset pada awalnya harus diukur sebesar biaya perolehan. Biaya perolehan asset tetap meliputi: 
  1. Harga perolehannya, termasuk bea impor dan pajak pembelian yang tidak boleh dikreditkan setelah dikurangi diskon pembelian dan potongan lain.
  2. Biaya-biaya yang dapat didistribusikan secara langsung untuk membawa asset kelokasi dan kondisi yang diinginkan agar asset siap digunakan sesuai dengan keinginan dan maksud manajemen.
  3. Estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan asset tetap dan restorasi lokasi asset.

Contoh biaya yang dapat diatribusikan secara langsung adalah:
  1. Biaya imbalan kerja (yang telah didefinisikan dalam PSAK 24: Imbalan Kerja) yang tombul secara langsungdari pembangunan atau akuisisi asset.
  2. Biaya penyiapan lahan untuk pabrik
  3. Biaya penanganan (handling) dan penyerahan awal
  4. Biaya perakitan dan instalasai
  5. Biaya pengujian asset apakah asset berfungsi dengan baik, setelah diikurangi hasil neto penjualan produk yang dihasilkan sehubungan dengan pengujian tersebut
  6. Komissi profesional
*****

Suatu entitas harus memilih model biaya (cost model) sebagai kebijakan akuntansinya dan menerapkan kebijakan tersebut terhadap seluruh aset tetap dalam kelompok yang sama.
a. Metode biaya (cost model) adalah harga perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai asset.

b. Metode revaluasi (revaluation model) adalah aset tetap yang nilai wajarnya dapat diukur dengan andal harus dicatat pada jumlah revaluasian yaitu nilai wajar pada tanggal revaluasi dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai yang terjadi terjadi setelah tanggal revaluasi. 

Revaluasi  harus dilakukan dengan keteraturan yang cukup reguler untuk memastikan bahwa jumlah tercatat tersebut tidak berbeda secara material dari jumlah yang ditentukan dengan menggunakan nilai wajar pada tangal neraca.

Apa yang dimaksud dengan nilai wajar? Menurut PSAK 16, nilai wajar adalah jumlah yang dipakai untuk mempertukarkan suatu asset antara pihak-pihak yang berkeinginan dan memiliki pengetahuan  memadai dalam suatu transaksi dengan wajar. (arm’s length transaction). Nilai wajar dari asset seperti tanah, bangunan, pabrik, dan perlatan biasanya ditentukan melalui penilaian yang dilakukan oleh penilai (appraisal).

Penyusutan 
Aset tetap yang memiliki biaya perolehan cukup signifikan terhadap total seluruh aset harus disusutkan secara terpisah. Beban penyusutan untuk setiap periode harus diakui dalam laporan laba rugi kecuali jika beban tersebut dimasukkan dalam jumlah tercatat aset lainnya. Jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aset dialokasikan secara sistematis sepanjang umur manfaatnya. Nilai residu dan masa manfaat direview minimal setiap akhir tahun.  Penyusutan dimulai saat aset tersebut siap digunakan. Penyusutan dihentikan jika: Dijual, Dimaksudkan untuk dijual, penyusutan tidak dihentikan karena aset tersebut tidak terpakai / idle.

Metode penyusutan
Metode penyusutan yang digunakan harus mencerminkan ekspektasi pola konsumsi manfaat ekonomi masa dengap dari aset oleh entitas. Metode penyusutan direview setiap akhir tahun buku, jika terdapat perubahan diperlakukan sebagai perubahan estimasi akuntansi. Berdasarkan waktu: Metode garis lurus (straight line), Metode saldo menurun, Metode jumlah unit.

*****

Aset tetap dihentikan pengakuan pada saat dilepaskan atau tidak ada manfaat ekonomis masa depan yang diharapkan dari pelepasan atau penggunaannya. Laba rugi dari penghentian pengakuan aset harus dimasukkan dalam laporan laba rugi pada saat aset tersebut dihentikan pengakuannya. Laba tidak boleh diklasifikasikan sebagai pendapatan. Laba rugi dari penghentian dimasukkan dalam laba rugi sebesar perbedaan nilai neto hasil pelepasan dengan nilai tercatat dari asset.

Penurunan Nilai
Pada setiap tanggal neraca, perusahaan harus mereview ada atau tidaknya indikasi penurunan nilai aktiva. Jika terjadi indikasi penurunan nilai perusahaan harus menaksir jumlah yang dapat diperoleh kembali dari aktiva tersebut. Pertimbangan dalam menentukan penurunan nilai: Informasi dari luar perusahaan, Informasi dari dalam perusahaan.

Jumlah terpulihkan suatu aset atau unit penghasil kas adalah jumlah yang lebih tinggi antara nilai wajarnya dikurangi biaya penjualan dengan nilai pakainya. 

Nilai wajar dikurangi biaya penjualan adalah jumlah yang dapat dihasilkan dari penjualan suatu aset atau unit penghasil kas dalam transaksi antara pihak-pihak yang mengerti dan berkehendak bebas tanpa tekanan, dikurangi biaya pelepasan aset.

Nilai pakai adalah nilai sekarang dari taksiran kas yang diharapkan diterima atas penggunaaan dan penghentian aktiva.

Pengukuran nilai diperoleh kembali: 
Harga jual disesuaikan dengan tambahan biaya yang akan dikeluarkan = aktiva diperdagangkan. Jumlah yang dapat diperoleh perusahaan = tidak diperdagangkan. Aliran kas bersih dari pemakaian dan penghentian setelah didiskontokan.

Sabtu, 11 April 2020

PERSEDIAAN (INVENTORY)

Persediaan barang dagangan (merchandise inventory) merupakan barangbarang yang dimiliki perusahaan untuk dijual kembali dalam kegiatan operasional normal perusahaan. Persediaan pada perusahaan pabrikan terdiri dari persediaan bahan baku, persediaan dalam proses dan persediaan barang jadi. 

Dasar-dasar Persediaan
  1. Neraca dalam perusahaan manufaktur dan dagang menggambarkan persediaan merupakan aktiva lancar yang jumlahnya sangat besar. 
  2. Laporan rugi laba, persediaan merupakan hal yang sangat menentukan keuntungan atau hasil usaha. 
  3. Pendapatan kotor, (penjualan bersih dikurangi harga pokok penjualan)
Karakteristik Persediaan Barang Dagangan 
a. Persediaan Barang Dagangan dimiliki oleh perusahaan 
b. Dalam bentuk siap untuk dijual

Pengelompokan Persediaan dalam Lingkungan Pabrikan (manufacturing)
a. Persediaan pabrikan mungkin bukan merupakan persediaan yang siap dijual.
b. Diklasifikasikan dalam tiga kategori
1) barang jadi, siap dijual kepada konsumen
2) sedang dalam proses produksi, beberapa tahap produksi (belum selesai).
3) bahan baku atau mentah, komponen atau bahan yang siap untuk digunakan dalam proses produksi

Penentuan Kuantitas Persediaan Dalam mempersiapkan laporan keuangan perlu ditentukan:  
a. Jumlah unit dalam persediaan dengan cara menghitung, menimbang  atau mengukur jumlah barang persediaan secara fisik yang ada di perusahaan. 
b. Kepemilikan barang.

Pengelolaan Fisik Persediaan
Prinsip-prinsip pengendalian intern untuk persediaan meliputi:
a. Pemisahan tugas, penghitungan persediaan dilakukan oleh karyawan yang bukan bertugas mengawasi persediaan.
b. Penyelenggaraan pertanggungjawaban, masing-masing bagian dalam pengelolaan persediaan wajib menggunakan otorisasi yang otentik.
c. Verifikasi intern yang independen, penghitungan ulang persediaan oleh petugas yang lain dan dilakukan penandaan terhadap item barang persediaan. Penandaan hanya dilakukan sekali.
d. Prosedur pendokumentasian, menggunakan penandaan barang dengan dokumen yang sudah dinomori sebelumnya (prenumbered)

Kepemilikan Persediaan dalam Perjalanan
a. Persediaan barang dalam perjalanan, meliputi pihak yang berhak menerima persediaan.  
b. FOB (Free on Board), shipping point. Kepemilikan barang menjadi milik pembeli pada saat diserahkan penjual kepada penyelenggara transportasi atau pihak perusahaan pengirim barang yang independen.
c. FOB (Free on Board) destination point. Kepemilikan barang masih berada di penjual sampai barang tersebut diterima oleh pembeli.

Barang Konsinyasi
Konsinyasi: Pemegang atau penjual barang (consignee) bukan merupakan pemilik barang. Karakteristiknya: 
a. Kepemilikan tetap berada ditangan pemilik barang (consignor) sampai barang tersebut terjual. 
b. Barang konsinyasi merupakan persediaan barang dagangan milik consignor, bukan persediaan milik consignee.

Sistem Akuntansi Persediaan terdiri dari: 
1. Perpetual (perpetual inventory system) 
Sistem pencatatan perpetual selalu membuat catatan setiap terjadinya mutasi persediaan (pembelian, penjualan, ataupun retur) 
2. Periodik (periodic inventory system) 
Pada akhir periode akuntansi dengan menggunakan sistem pencatatan periodik harus melakukan pengecekan fisik terhadap persediaan (stock opname of inventories) dengan cara mengukur dan menghitung berapa jumlah barang yang ada di gudang.

*****

Beberapa system penilaian persediaan , yaitu
1. Penilaian dengan pendekatan arus harga pokok (cost basic flow approach) 
Dalam pendekatan ini terdapat dua sistem pencatatan persediaan yaitu sistem periodik dan sistem perpetual yang masing-masing ada tiga cara penilaian persediaan, yaitu:
 
a. FIFO (First in First Out), masuk pertama keluar pertama 
Metode ini menyatakan bahwa persediaan dengan nilai perolehan awal (pertama) masuk akan dijual (digunakan) terlebih dahulu, sehingga persediaan akhir dinilai dengan nilai perolehan persediaan yang terakhir masuk (dibeli). Metode ini cenderung menghasilkan persediaan yang nilainya tinggi dan berdampak pada nilai aktiva perusahaan yang dibeli.

b. LIFO (Last In First Out), masuk terakhir keluar pertama 
Metode ini menyatakan bahwa persediaan dengan nilai perolehan terakhir masuk akan dijual (digunakan) terlebih dahulu, sehingga persediaan akhir dinilai dan dilaporkan berdasarkan nilai perolehan persediaan yang awal (pertama) masuk atau dibeli. Metode ini cenderung menghasilkan nilai persediaan akhir yang rendah dan berdampak pada nilai aktiva perusahaan yang rendah.

c. Metode Rata-rata (average method) 
Dengan menggunakan metode ini nilai persediaan akhir akan menghasilkan nilai antara nilai persediaan metode FIFO dan nilai persediaan LIFO. Metode ini juga akan berdampak pada nilai harga pokok penjualan dan laba kotor.

2. Penilaian Persediaan Selain Arus Harga Pokok 
Dalam pendekatan ini ada tiga metode yang digunakan, yaitu:

a. Lower Cost of Market 
Yaitu metode harga terendah antara harga pokok dan harga pasar. Metode ini dapat diterapkan dalam kondisi persediaan tidak normal, misalnya cacat, rusak dan kadaluarsa. Pokok dari metode ini adalah membandingkan nilai yang lebih rendah antara nilai pasar (replacement value) dan nilai perolehan (cost). Nilai pasar yang akan dipilih harus dibatasi, yaitu tidak boleh lebih rendah dari batas bawah (floor limit) dan tidak boleh lebih tinggi dari batas atas (ceiling limit)

b. Gross Profit Method 
Metode laba kotor ini bersifat estimasi dalam penilaian persediaannya. Biasanya diterapkan karena keterbatasan dokumen yang terkait dengan persediaan, misalnya karena terjadi bencana kebakaran dan banjir. Dasar penilaian persediaannya adalah pada persentase laba kotor perusahaan tahun berjalan atau rata-rata selama beberapa tahun.

Langkah-langkah yang dilakukan adalah: 
  1. mengestimasi nilai penjualan tahun berjalan, 
  2. menghitung nilai harga pokok penjualan berdasarkan pada persentase laba kotor yang telah diketahui dan 
  3. menghitung estimasi nilai persediaan akhir dengan mengurangkan  harga pokok penjualan terhadap penjualan 
c. Retail Method 
Metode eceran ini menilai persediaan akhir dengan  cara menghitung terlebih dahulu nilai persediaan akhir berdasarkan eceran. Nilai persediaan akhir dengan harga pokok akan diketahui dengan cara menghitung rasio antara nilai persediaan yang tersedia untuk dijual dengan pendekatan harga pokok dibandingkan dengan pendekatan riteel.

PIUTANG (RECEIVABLE)

Piutang dan Pinjaman yang Diberikan Adalah klaim suatu perusahaan kepada pihak lain. Kategori piutang dipengaruhi oleh jenis usaha entitas. Piutang yang timbul dari kegiatan entitas seperti penjualan atau memperoleh pendapatan disebut piutang dagang atau usaha. Sedangkan piutang nondagang misalnya uang muka kepada karyawan dan staf, uang muka kepada anak perusahaan.

Dalam pengakuan piutang usaha dikenal dua jenis potongan, yaitu potongan dagang dan potongan tunai. Potongan dagang berupa kuantitas (buy 10 get 1 free), sedangkan potongan tunai adalah berupa ptongan harga sesui termin (2/10,n/30).

Terdapat dua metode dalam perhitungan piutang tak tertagih, yaitu metode Direct write-off dan metode Allowance method. Dalam metode Direct write-off tidak dibuat jurnal sampai ada kepastiaan bahwa piutang benar-benar tertagih. Sedangkan dalam Allowance Method, mencatat beban atas dasar estimasi. Dan dalam perhitungan piutang tidak tertagih ada dua pendekatan pula, pendekatan Laba-Rugi dan Neraca .Piutang yang jatuh temponya kurang dari satu tahun atau satu siklus akuntansi diklasifikasikan sebagai asset lancar, sedangkan piutang yang jatuh temponya lebih dari satu tahun diklasifikasikan sebagai asset tidak lancer, disajikan setelah asset tetap. 

Adapun jenis-jenis piutang adalah sebagai berikut:
a. Piutang dalam kontrak tertulis disebut wesel tagih (promissory note atau note recieveable), merupakan klaim perusahaan kepada pihak ketiga yangdidukung janji tertulis yang tidak bersyarat, untuk membayar dalam jangka waktu tertentu. Penerbit wesel disebut wesel bayar (notes payable). Wesel tagih biasanya berbunga dan memiliki jangka waktu yang relative panjang. 

Piutang diakui pada laporan posisi keuangan jika entitas tersebut menjadi bagian dari kontrak piutang tersebut. Sesuai PSAK 55 piutang diakui oleh entitas sebesar nilai wajar. Nilai wajar merupakan harga perolehan atau nilai pertukaran antara kedua belah pihak pada tanggal transaksi. Nilai pertukaran ini dapat dipengaruhi oleh oleh adanya hubungan relasi, karenanya piutang dari pihak berelasi perlu diungkapkan secara khusus.

Misalnya, penjualan terjadi pada 1 Februari 2015 sebesar Rp 1.000.000, pembayaran dilakukan pada tanggal 1 maret 2015. Jika tingkat suku bunga 6% maka nilai kininya akan semakin mendekati Rp 1.000.000.

Untuk piutang yang memiliki nilai wajar, misalnya wesel tagih entitas dapat menggunakan nilai wajar pada saat pengukuran awal dan melakukan pengukuran secara konsisten dengan menggunakan nilai wajar. Namun sebaliknya jika entitas tidak menggunakan nilai wajar pada saat pengakuan awal, maka selanjutnya tidak boleh menggunakan nilai wajar.
 
Biaya Transaksi

Standar mengatur untuk asset keuangan  yang tidak diukur dengan nilai wajar , pengukuran awal sebesar nilai wajar ditambah dengan biaya transaksi. Biaya transaksi adalah biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh piutang. Untuk piutang dagang maka biaya transaksi untuk memeperoleh piutang dagang tidak ada, karena terkait dengan penjualan atau pendapatan yang diperoleh perusahaan. Namun piutang dalam bentuk kredit yang disalurkan perbankan atau lembaga keuangan, biaya transaksi akan muncul. Nilai biaya transaksi ini dicatat menambah perolehan piutang dan mempeengaruhi tingkat suku bunga efektif yang akan dikenakan.

Diskon penjualan

Untuk transaksi penjualan seringkali perusahaan memberikan diskon atau potongan, baik potongan harga yang biasanya diberikan kepada pelanggan lama maupun kuantitas yang biasanya dilakukan dengan memberikan bonus barang kepada pembeli dalam jimlah tertentu, misalnya membeli 10 buah mendapatkan bonus 1 buah. Biasanya potongan diberikan pada masa promosi, semisal hari raya , awal masuk sekolah atau awal tahun.

Diskon juga dapat diberikan dalam bentuk potongan penjualan karena pembayaran yang dilakukan pelanggan lebih cepat dari yang dijadwalkan. Dalam kontrak sering dinyatakan dalam bentuk 2/10, n/30 artinya akan di berikan potongan 2% apabila pelanggan membayar sampai dengan 10 hari dan piutang tersebut harus dilunasi dalam tempo 30 hari.

Pengukuran setelah piutang
Piutang termasuk kategori asset keuangan pinjaman yang diberikan dan piutang. Menurut PSAK 55 (Revisi 2013), LR diukur berdasarkan biaya perolehan yang diamortaisasi dengan menggunakan suku bunga efektif. Setiap tanggal pelaporan entitas mengevaluasi apakah terdapat bukti ojektif bahwa piutang mengalamai penurunan nilai. Jika terjadi penurunan nilai maka entitas harus melakukan penurunan nilai sesuai dengan ketentuan  penurunan nilai asset keuangan yang diukur pada biaya perolehan diamortisasi.

Penurunan Nilai

Untuk piutang yang signifikan secara individu , penentuan penurunan nilai dihitung secara individu. Piutang yang tidak mungkin dibayar karena kegiatan operasipelanggan mengalamai pailit/dihentikan. Jumlah penurunan nilai adalah seluruh nilai piutang tercatat nilai jaminan dikuasiai oleh perusahaan (jika ada). Jika tidak ada maka semua piutang tersebut dihapuskan dan diakui oelh perusahaan sebagai beban.

Penghentian Pengakuan

Penghentian pengakuan (derecognition) akan menyebabkan nilai piutang dan pinjaman tidak lagi dicatat dalam laporan keuangan. Secara sederhana, penghentian pengakuan piutang akan terjadi ketika kontrak berakhir dan dipenuhi. 
PSAK 55 secara spesifik menyebutkan, entitas menghentikan pengakuan, jika dan hanya jika:
1. Hak kontraktual atas arus kas yang berasal dari asset keuangantersebut berkahir atau;
2. Entitas mentransfer asset keuangan yang memnuhi kriteria penghentian pengakuan.

Penyajian 
Piutang dalam laporan posisi keuangan disajikan dalam kelompok asset lancar. Perusahaan memyajikan piutang dalam beberapa kategori seperti piutang dagang, piutang usaha, dan piutang lain. Namaun ada perusahaan dalam industry khusu yang memiliki klasifikasi penyakjian lebih detail, seoerti PT. Adhi Karya, yang memiliki empat kategori piutang, yaitu tagihan bruto pemberi kerja, piutang usaha, piutang retensi, dan piutang lain. Sedangkan pada perusahaan pembiayaan (multifinance), piutang disajikan sebagai piutang pembiayaan konsumen, pembiayaan anjak piutang, dan leasing.

Piutang disajikan dalam laporan posisi keuangan sebesar nilai diamortisasi dikurangi cadangan kerugian penurunana nilai.
Kerugian penurunan piutang akan diakui jika terdapat bukti objektif. Perhitungan penurunan nilai untuj piutang kolektif di dasarkan pada data historis beberapa tahun sebelumnya. 

Pengungkapan
Pengungkapan piutang dalam laporan keuangan cukup lengkap, yang dibagi dalam tiga bagian, yaitu pengungkapan kebijakan akuntansi, pengungkapan rincian piutang, serta penjelasan lain yang material dan signifikan. Pengungkapan kebijakan akuntansi piutang diletakkan bersamaan dengan pengungkapan instrument keuangan. Kebijakan dalam akuntansi piutang diantaranya:
1. Metode pengakuan awal
2. Metode pengukuran setelah perolehan
3. Metode untuk menghitung penurunan nilai
4. Penjelasan mengenai penghapusan piutang.

KAS

Definis Kas
Adalah asset keuangan yang digunakan untuk kegiatan operasional perusahaan. Kas merupakan asset yang paling likuid karena dapat digunakan untuk membayar kewajiban perusahaan. 

Pengendalian Kas
Perlindungan terhadap kas dapat berupa fisik maupun perlindungan untuk menjaga kas agar tidak diperginakan untuk kepentingan yang tidak seharusnya.
Beberapa bentuk pengendalian terhadap kas misalnya sebagai berikut:
  1. Terdapat pemisahan tugas antara pihak yang melakukan otorisasi dengan pembayaran, pihak yang melakukan pengelolaan kas dan pencatatan, pihak pengguna dan pihak pembayar. 
  2. Penggunaan lemari besi (brankas) untuk menyimpan kas atau diruang tertutup dengan akses terbatas.
  3. Penerimaan dan pengeluaran kas menggunakan rekening yang berbeda.
  4. Pengeluaran uang melalui bank (menggunakan cek)
  5. Penerimaan kas melalui bank
  6. Rekonsiliasi antar pencatatan perusahaan dengan rekening Koran bank.
Sistem Imprest Kas Kecil
Untuk keperluan pengeluaran dalam jumlah kecil , entitas tidak melakukan denga menggunakan cek karena tidak efisien. Terdapat dua system kas kecil yaitu imprest system (dana tetap) dan fluctuating system.
  1. Sistem imprest kecil adalah mekanisme kas kecil dimana dana dipertahankan tetap, dimana pada awalnya dibentuk dana kas kecil dalam jumlah tertentu.
  2. Fluctuating system, dalam system ini dana kas keciltidak ditetapkan sejumlah tertentu sehingga saldonya bervariasi dari waktu ke waktu Misalnya untuk pertama kali dana kas kecil sebesar Rp 5.000.000 Dalam rangka pengendalian, system imprest lebih baik, karena jumlah dana kas kecil akan terkontrol dan tidak akan terjadi penumpukkan kas kecil dalam unit pembayar (kasir). Sedangkan untuk fluctuating system, jumlah dana di kasir tidak terkontrol dan jumlahnya dapat bertambah terus, jika dana tidak terpakai. 
*****

Rekonsiliasi Bank
Tujuan rekonsiliasi adalah untuk mencocokkan antara pencatatan di perusahaan dan pencatatan kas yang dilakukan oleh bank yang mengelola uang perusahaan. Rekonsiliasi ini dapat mengurangi potensi timbulnya kesalahan pencatatan dan juga potensi hilangnya uang perusahaan.

LAPORAN ARUS KAS - METODE TIDAK LANGSUNG

Berbeda dengan metode penyusunan langsung dimana laporan arus kas disusun berdasarkan pada buku kas/bank, metode penyusunan laporan arus kas secara tidak langsung disusun berdasarkan pada laporan laba-rugi dan neraca. Dengan metode ini laba atau rugi bersih disesuaikan dengan mengoreksi pengaruh dari transaksi bukan kas, penangguhan atau akrual dari penerimaan atau pembayaran kas untuk operasi dari masa lalu dan masa depan, dan unsur penghasilan atau beban yang berkaitan dengan arus kas investasi atau pendanaan.

Dalam metode ini net income disesuaikan (reconcicle) dengan menghilangkan: Pengaruh transaksi yang masih belum di realisasi (defferal) dari arus kas masuk dan keluar dari transaksi yang lalu seperti perubahan jumlah persediaan defferal income, arus kas masuk dan keluar dari transaksi yang accured seperti piutang dan utang. 

Pengaruh perkiraan yang terdapat dalam kelompok investasi dan pembiayaan yang tidak mempengaruhi kas seperti : penyusutan, amortisasi, laba rugi dari penjualan aktiva tetap dan dari operasi yang dihentikan (yang berkaitan dengan kegiatan investasi), laba rugi pembatalan utang (transaksi pembagian). 

Keunggulan dalam metode ini adalah memusatkan pada perbedaan antara laba bersih dan arus kas dari aktivitas operasi. Dalam hal ini, metode tersebut menunjukan hubungan antara laporan laba rugi, neraca dan laporan arus kas.

Karena datanya dapat tersedia dengan segera, maka metode ini lebih murah dibandingkan dengan metode langsung. Penyusunan laporan arus kas dengan menggunakan metode ini diawali dengan laba bersih dan menyesuaikan laba bersih tersebut sehingga diperoleh arus kas dari aktivitas operasi. 

Kedua metode tersebut mendatangkan jumlah sub-total yang sama untuk kegiatan operasi, kegiatan investasi, kegiatan pendanaan dan arus kas bersih selama periode tertentu. Metode tersebut berbeda hanya dalam cara menunjukkan arus kas dari kegiatan operasi. 

*****

Menyusun perkiraan atau estimasi kebutuhan dana atau kredit dari bank atau sumber-sumber lainnya yang diperlukan untuk menutup defisit kas. Juga disusun estimasi pembayaran bunga kredit tersebut beserta waktu pembayarannya kembali. Transaksi-transaksi di sini merupakan transaksi finansiil. (financial transaction). 

Menyusun kembali estimasi keseluruhan penerimaan dan pengeluaran setelah adanya transaksi finansiil. Anggaran kas yang final ini merupakan gabungan dari transaksi operasional dan transaksi finansiil yang menggambarkan estimasi penerimaan dan pengeluaran kas keseluruhan.

Entitas melakukan analisis piutang yang dimiliki perusahaanndengan menekankan resiko tidak tertagihnya piutang . Dalam melakukan analisis, pertama harus dicermati kebijakan akuntansi yang dilakukan dalam memgukur serta menilai piutang dan cadangan penurunan nilai. Analisis harus mempertimbangkan apakh penurunan nilai yang dilakukan telah cukup.

Dalam analisa akuntansi, seorang analis dapatb melakukan perhitungan rasio-rasio keuangan terkait piutang. Analisis piutang dilakukan dengan melihat perputaran piutang dan umur piutang. Dihitung dari penjualan dari satu periode dibagi piutang rata-rata dalam saru tahun.. Entitas denga perputaran piutang tinggi menandakan bahwa entitas tersebut bagus. 

Perputaran Piutang = Penjualan : Piutang Rata-rata

Umur Piutang  =  365 : Perputaran Piutang 

Umur piutang dihitung dengan hari dalam satu tahun dibagi denga perputaran piutang . Semakin lama jangka waktu piutang mengindikasikan perputaran rendah, sehingga modal kerja perusahaan banyak berhenti di investasi piutang. Rata-rata umur piutang ini di akan dibandingkan dengan kebijakan kredit perusahaan. Jika hasil perhitungan umur piutang 60 hari , padahal kebijakan kredit dinyatakan dalam 2/10, n/30, maka kualitas penagihan perusahaan kurang bagus. Diskon yang diberikan juga terbukti efektif mempercepat penagihan.

LAPORAN ARUS KAS - METODE LANGSUNG

Metode langsung, artinya  arus kas dari kegiatan operasional dirinci menjadi  arus kas masuk dan arus kas keluar. Arus kas masuk dan keluar dirinci lebih lanjut dalam beberapa jenis penerimaan atau pengeluaran kas.
PSAK mensyaratkan pengungkapan kelompok utama  penerimaan kas bruto dan pengeluaran kas bruto.
Contoh arus kas bruto :
1) Tagihan kas dari pelanggan
2) Penerimaan bunga dan deviden
3) Pembayaran kas ke karyawan dan pemasok lain
4) Pembayaran bunga dan deviden
5) Penerimaan dan pembayaran kas operasi lain.

Kelompok utama penerimaan dan pengeluaran kas bruto dapat diperoleh dari catatan akuntansi perusahaan atau dengan menyesuaikan pos-pos dalam laporan laba rugi komprehensif dari basis akrual menjadi basis kas.

Penggunaan metode langsung lebih dianjurkan oleh PSAK  karena lebih memfokuskan pada arus kas daripada laba bersih akrual oleh karena itu dianggap lebih informatif dan terperinci. Selanjutnya oleh IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) dalam PSAK No.2 menyatakan dengan metode langsung,

Instrumen Keuangan
Instrumen Keuangan menurut PSAK 50 (revisi 2013), definisi instrumen keuangan  setiap kontrak yang menambah nilai aset keuangan entitas dan liabilitas keuangan atau instrumen ekuitas entitas lain, terdiri dari:
1) Aset Keuangan
Terdiri dari:
a. Kas baik dalam bentuk kas didalam perusahaan, dalam bentuk uang tunai maupun kas yang disimpan dibank.
b. Instrumrn ekuitas yang diterbitkan entitas lain.
c. Hak Kontraktual

2) Liabilitas keuangan
Terdiri dari:
a. Liabilitas Kontraktual; untuk menyerahkan kas atau asset keuangan lain kepada entitas lain, untuk mempertukarkan asset keuangan atau liabilitas keuangan denga entitas lain.
b. Kontrak yang akan atau mungkin diselesaikan dengan menggunakan instrumen ekuitas yang diterbitkan entitas dan merupakan: Instrumen nonderivatif, Instrumen derivative.

*****

Aset Kuangan Berdasarkan PSAK 55, berikut klasifikasi asset keuangan yang dibagi menjadi empat:
1) Aset Keuangan diukur dengan nialai wajar melalui lab rugi (Fair Value to Profit and Loss-FVPL). Yaitu asset keuangan yang dimaksudkan untuk tujuan dijual atau dibeli kembali dalam waktu dekat.
Menurut PSAK 55 (revisi 2013) asset keuangan diklasifikasikan FVPL apabila:
a. Diklasifikasikan dalam kelompok perdagangan
b. Pada saat pengakuan awal telah diukur pada nilai wajar melalui laba rugi.

2) Investasi dipegang hingga Jatuh Tempo (held to maturity-HTM).
Adalah asset nonkeuangan nonderivatif dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan danjatuh temponya telah ditetapkan, serta entitas entitas mempunyai intensi positif  dan kemampuan untuk memiliki asset keuangan tersebut hingga jatuh tempo.

3) Pinjaman yang diberikan atau piutang (loans or receivable-LR)
Adalah asset keuangan nonderivatif dengan pembayaran yang telah ditentukan dan tidak mempunyai kuotasi pasar aktif.

4) Aset Keuangan Tersedia untuk Dijual
Adalah asset keuangan nonderivatif yang ditetapkan tersedia untuk dijual atau tidak diklasifikasikan sebagai FVPL, HTM, dan LR.

5) Rekalisifikasi Aset Keuangan
Pada saat pengakuan awal AFS diakau sebagai nilai wajar. Biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung untuk perolehaninvestasi AFS dikapitalisasi menambah nilai AFS.

6) Rekalasifikasi
Entitas tidak diperkenankan untuk mereklasifikasi instrumrn keuangan dari atau ke kategori FVPL. Dalam kondisi tertentu sesuai dengan PSAK 55 (Revisi 2013), RVPL dapat direklasifikasi ke LR dalam situasi yang sangat langka, agar entitas tidak memiliki moral hazard.

7) Penurunan nilai 
Aset keuanganyang diukur denganharga perolehan diamortisasi serta asset keuangan tersedia untuk dijual dapat mengalami penurunan nilai. Sedangkan untuk asset keuangan yang diniali dengan niali wajar melalui laba rugo otomatis akanmeurun nialainya mengikuti harga pasarnya, sehingga tidak perlu ada evaluasi penurunan nilai.

8) Penghentian pengakuan
Pada sat kontrak berakhir, asset keaungan tidak lagi diakui dalam laporan posisi keuangan. Namun entitas dapat mentransfer asset keuangan pada pihak lain sebelum kontrak berakhir.

Jumat, 10 April 2020

LAPORAN POSISI KEUANGAN DAN LAPORAN ARUS KAS

Laporan posisi keuangan, atau yang sering disebut neraca, melaporkan aset, lialibilitas, dan modal entitas pada tanggal tertentu. Laporan ini merupakan sumber informasi utama tentang posisi keuangan entitas karena merangkum elemen-elemen yang berhubungan langsung dengan pengukuran posisi keuangan yaitu aset, liabilitas, dan ekuitas. 
Kegunaan laporan posisi keuangan secara umum adalah untuk menilai risiko-risiko entitas dan arus kas masa depan. Tujuan pengguna laporan posisi keuangan menggunakan laporan ini adalah sebagai berikut : 
1. Mengevaluasi struktur pendanaan 
Dalam hal ini yang dilihat adalah informasi tentang perbandingan sumber pendanaan melalui utang dibandingkan dengan ekuitas. 

2. Menganalisis likuiditas
Likuiditas adalah seberapa cepat waktu yang diperlukan sampai suatu aset dapat terealisasi atau dikonversi menjadi kas, atau sampai suatu liabilitas dapat terbayar. Pihak kreditur biasanya sangat tertarik dengan informasi tentang risiko likuiditas jangka pendek, yang informasinya dapat mereka gunakan untuk menilai kemampuan entitas membayar bunga tepat waktu. 

3. Menilai solvabilitas
Solvabilitas adalah kemampuan entitas membayar utangnya pada saat jatuh tempo. Biasanya hal ini dapat diukur dengan tingkat utang jangka panjang yang dimiliki entitas. Entitas yang memiliki rasio utang yang tinggi berarti memiliki solvabilitas yang rendah dibanding antitas dengan rasio utang yang rendah. Entitas dengan solvabilitas yang rendah artinya lebih berisiko, karena memerlukan lebih banyak aset untuk membayar utangnya, baik pokok maupun beban bunga. 

4. Menilai fleksibilitas keuangan
Likuiditas dan solvabilitas akan menentukan fleksibilitas keuangan entitas, yaitu mengukur kemampuan entitas mengambil tindakan tertentu sebagai respons terhadap kebutuhan dan peluang yang ada. Entitas dengan tingkat utang yang tinggi lebih tidak fleksibel dibanding entitas dengan tingkat utang rendah. Suatu entitas yang memiliki utang yang tinggi terkadang  tidak mudah untuk mengalokasikan arus kasnya untuk merespons peluang tertentu misalnya peluang berinvestasi, karena arus kas tersebut harus dialokasikan untuk pembayaran utang.

Beberapa kritik terhadap laporan posisi keuangan adalah dalam hal keterbatasan penilaian. Keterbatasan ini sebagian disebabkan karena hal-hal sebagai berikut : 
  1. Pilihan pengukuran beberapa aset tertentu berdasarkan biaya perolehan atau biaya perolehan terdepresiasi, bukan pada nilai kininya. Hal ini banyak dikritik karena kurang mencerminkan nilai wajar dari aset.
  2. Tidak diperkenankan mengakui aset tak berwujud yang mengandung nilai manfaat, namun sulit diukur nilainya secara objektif karena dihasilkan secara internal, misalnya merek yang dihasilkan secara internal.
  3. Rekayasa keuangan yang sering kali memungkinkan dilakukan untuk menghasilkan pembiayaan off-balance sheet.
  4. Beberapa pengukuran nilai untuk beberapa unsur di laporan posisi keunganan melibatkan pertimbangan dan estimasi, misalnya penentuan masa manfaat aset tetap dan estimasi kewajiban garansi.
*****

Elemen laporan posisi keuangan terdiri atas : 
1. Aset 
Aset adalah sumber daya yang dikuasai oleh entitas sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh entitas.
2. Liabilitas 
Liabilitas merupakan kewajiban entitas masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar sumber daya entitas yang mengandung manfaat ekonomi.
3. Ekuitas 
Ekuitas adalah hak residual atas aset entitas setelah dikurangi semua liabilitas.

Laporan posisi keuangan menyajikan ringkasan yang terstruktur mengenai aset, liabilitas, dan ekuitas entitas. Aset dan liabilitas diklasifikasikan dengan suatu cara yang dapat memfasilitasi pengguna untuk dapat mengevaluasi struktur modal entitas, likuiditas, solvabilitas, dan fleksibilitas keuangan, sehingga aset dan liabilitas diklasifikasikan berdasarkan karakteristik operasi entitas.

Menurut PSAK I (Revisi 2013) Penyajian Laporan Keuangan, entitas menyajikan aset sebagai aset lancar dan tidak lancar serta liabilitas sebagai jangka pendek dan jangka panjang sebagai klasifikasi terpisah dalam laporan posisi keuangan, kecuali penyajian berdasarkan likuiditas memberikan informasi yang lebih relevan dan dapat diandalkan. 

Dengan demikian artinya ketika entitas yang bergerak di bidang penjualan barang dan jasa dalam siklus operasi yang dapat diidentifikasi secara jelas, maka klasifikasi aset lancar dan tidak lancar liabilitas jangka pendek dan jangka panjang dalam laporan posisi keuangan memberikan informasi memberikan informasi yang bermanfaat karena menyajikan aset neto yang digunakan sebagai modal kerja dengan aset neto yang digunakan dalam jangka panjang. Siklus operasi normal yang umum dimulai dari kas, pembelian persediaan (entitas manufaktur atau dagang) kemudian muncul piutang akibat akibat penjualan persediaan, dan akhirnya kembali lagi ke kas melalui penagihan piutang.

Namun untuk beberapa entitas, misalnya entitas di bidang jasa keuangan, penyajian aset dan liabilitas berdasarkan urutan likuiditas memberikan informasi yang lebih relevan dan dapat diandalkan dibandingkan dengan penyajian beberapa berdasarkan lancar dan tidak lancar atau jangka pendek dan jangka panjang karena entitas pada industri tersebut tidak menyediakan barang atau jasa selama siklus operasi yang dapat diidentifikasi secara jelas.

Menurut PSAK I (Revisi 2013): Penyajian Laporan Keuangan, entitas mengklasifikasikan aset sebagai aset lancar, jika : 
  1. Aset diharapkan dapat direalisasikan, atau terjual, atau digunakan dalam siklus operasi normal;
  2. Aset yang dimiliki dengan tujuan untuk diperdagangkan;
  3. Aset yang diharapkan akan terealisasi dalam jangka waktu dua belas bulan setelah periode pelaporan; atau 
  4. Berupa kas atau setara kas, kecuali yang dibatasi pertukaran atau penggunaannya untuk menyelesaikan liabilitas sekurang-kurangnya dua belas bulan setelah periode pelaporan.
Aset yang tidak termasuk kategori di atas, diklasifikasikan sebagai aset tidak lancar. Siklus operasi entitas merupakan jangka waktu antara perolehan aset untuk pemrosesan dan realisasinya menjadi kas atau setara kas. Ketika siklus operasi normal entitas tidak diidentifikasikan secara jelas, maka diasumsikan selama dua belas tahun.

Contoh aset lancar antara lain kas, piutang, persediaan, investasi jangka pendek, dan biaya dibayar di muka. Pengklasifikasian terpisah antara aset lancar dan tidak lancar akan menunjukkan bagaimana suatu aset difungsikan dalam entitas. Contohnya, sebuah motor bagi entitas diler (dealer) motor merupakan persediaan (aset lancar) karena motor tersebut merupakan barang dagang. Sedangkan motor yang digunakan entitas lain sebagai alat angkut sehari-hari akan diklasifikasikan sebagai aset tetap (aset tidak lancar).

Aset tidak lancar adalah aset yang tidak memenuhi definisi aset lancar. Aset tidak lancar adalah sebagai berikut : 
1. Investasi jangka panjang 
Investasi jangka panjang biasanya mencakup beberapa bentuk, baik yang berbentuk investasi dalam obligasi dan saham, atau investasi dalam bentuk dana yang disisihkan untuk tujuan tertentu (sinking fund).
2. Aset tetap
Ini adalah aset berwujud yang digunakan dalam operasi entitas, misalnya tanah, bangunan, mesin, dan furnitut.
3. Aset tak berwujud 
Aset tak berwujud merupakan aset tanpa wujud fisik yang bukan berbentuk instrumen keuangan, misalnya hak paten, hak cipta, franchise, dan goodwill
4. Aset lain yang bersifat tidak lancar
Contohnya piutang jangka panjang dan biaya di muka-jangka panjang.

*****

Format Laporan Posisi Keuangan
PSAK tidak mensyaratkan format tertentu untuk menyajikan laporan posisi keuangan. Beberapa entitas menyajikan aset terlebih dahulu kemudian diikuti dengan ekuitas dan liabilitas.Sementara yang lain menyajikan aset lancar pada urutan awal penyajian aset, dan liabiltas jangka pendek pada urutan awal liabilitas. Secara umum terdapat dua bentuk laporan psosisi keuanganyang biasa dipakai oleh entitas , yaitu bentuk akun (account form) dan bentuk laporan (repoert form).

Laporan Arus kas
Laporan arus kas (cash flow statement atau statement of cash flows) merupakan  bagian dari laporan keuangan suatu perusahaan yang dihasilkan pada suatu periode akuntansi yang menunjukkan aliran masuk dan keluar uang (kas) perusahaan.

Isi dan Format Laporan Arus Kas Penerimaan kas dan pembayaran kas selama periode tertentu diklasifikasikan dalam laporan arus kas menjadi tiga aktivitas berbeda, yaitu :
1) Aktivitas operasi,
2)  Aktivitas investasi, dan
3) Aktivitas pembiayaan/pendanaan.

Aktivitas operasi meliputi pengaruh kas dari transaksi yang digunakan untuk menentukan laba bersih, 
Aktivitas investasi meliputi pemberian dan penagihan pinjaman serta perolehan dan pelepasan investasi (baik hutang maupun ekuitas) serta property, pabrik, dan peralatan.
Sedangkan aktivitas pembiayaan atau bisa juga memakai istilah aktivitas pendanaan melibatkan pos-pos kewajiban dan ekuitas pemilik. Aktivitas ini meliputi 
  1. Perolehan sumber daya dari pemilik dan komposisinya kepada mereka  dengan pengembalian atas dan dari investasinya, dan 
  2. Peminjaman uang dari kreditor serta pelunasannya.

LAPORAN LABA RUGI & PENGHASILAN KOMPREHENSIF LAIN

Laporan Laba Rugi dan Penghasilan Komprehensif Lain adalah laporan yang mengukur  keberhasilan kinerja perusahaan selama periode tertentu. Informasi tentang kinerja perusahaan digunakan untuk menilai dan memprediksi jumlah dan waktu atasb ketidakpastian arus kas masa depan. Sebelum direvisi PSAK 1 (2013): Penyajian Laporan Keuangan diterbitkan, laporan ini dikenal dengan sebutan Laporan Laba Rugi Komprehensif yang didalamnya terdiri dari Laba Rugi dan Pendapatan Komprehensif Lain.
 
Adapun pengguna dari Laporan Laba Rugi dan Penghasilan Komprehensif Lain adalah:
1. Investor 
Investor menggunakan informasi mengenai penghasilan perusahaan di masa lalu untuk memprediksi laba dan arus kas masa depan, yang kemudian dijadikan dasar untuk memprediksi harga saham dan dividen perusahaan di masa depan.
2. Kreditur
Dengan menggunakan informasi laba rugi masa lalu, kreditur dapat memahami kemampuan calon debitur dalam menghasilkan arus kas masa depan yang diperlukan untuk membayar beban bunga dan membayar pokok pinjaman. Pencairan aset bukan hal yang paling diinginkan oleh kreditur, melainkan keberhasilan perusahaan memperoleh penghasilan dan menghasilkan arus kas dari operasi.
3. Manajemen
Banyak perusahaan yang memberikan bonus kepada manajer, ditentukan berdasarkan keberhasilannya dalam memcapai target laba. 

Selain memiliki beberapa kegunaan, Laporan Laba Rugi dan Penghasilan Komprehensif Lain memiliki beberapa keterbatasan, antara lain:
  1. Penghasilan atau beban yang tidak dapat diukur dengan andal tidak dimasukkan kedalam Laporan Laba Rugi dan  Penghasilan Komprehensif Lain .
  2. Laba yang dilaporkan dipengaruhi metode akuntansi yang digunakan. Perusahaa diperkenan oleh SAK untuk memilih dasar alokasi atau metode untuk menyusutkan aset tetap.
  3. Pengukuran pendapatan dan beban melibatkan pertimbangan (judgement) manajemen.
Banyak perusahaan yang berusaha mencapai laba yang tinggi untuk memenuhi ekspektasi investor agar dinilai baik, sehingga akan berdampak pada kompensasi yang diterimanya. Dengan demikian perusahaan memiliki insentif untuk melakukan manajemen laba agar mencapai target laba tertentu. Manajemen laba merupakan tindakan mengatur waktu pengakuan pendapatan, beban, keuntungan atau kerugian agar mencapai informasi laba tertentu yang diinginkan, tanpa melanggar ketentuan standar akuntansi . Misalnya denga mengakui pendapatan secara prematur untuk mencapai target laba tertentu. 

Dengan  demikian kualitas laba menjadi sangat penting karena dapat dipengaruhi oleh manajemen laba. Manajemen laba dapat merusak informasi yang dihasilkan laporan keuangan dan menjadi informasi yang menyesatkan. Kualitas laba yang rendah akan merusak kepercayaan investor terhadap informasi yang disajikan dilaporkan keuangan.

*****

Total penghasilan komprehensif (total comprehensive income) adalah perubahan ekuitas selama satu periode yang dihasilkan dari transaksi dan peristiwa lainnya, selain perubahan yang dihasilkan dari transaksi dengan pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik. 
Penghasilan dan beban di definisikan sebagai berikut.
1. Penghasilan adalah kenaikan manfaat ekonomi selama usatu periode akuntansi, yang menyebabkan kenaikan aset neto (ekuitas), dalam bentuk penambahan atau pemasukan aset  atu penurunan liabilitas, yang tidak berasal dari kontribusi pemilik modal.
2. Beban adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi, yang menyebabkan penurunan aset neto (ekuitas), dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aset atau bertambahnya liabilitas, yang bukan termasuk distribusi kepada pemilik.

Total penghasilan komprehensif dibagi menjadi berikut.
1. Komponen “laba rugi” Laba rugi adalah total total pendapatan dikurangi beban periode berjalan, yang tidak termasuk dalam komponen penghasilan komprehensif 
2. Komponen “penghasilan komprehensif lain” Penghasilan komprehensif lain berisi pos-pos pendapatan dan beban yang tidak diakui dalam lab rugi, sebagaimana disyaratkan dalam SAK lainya.

Perusahaan dapat memilih menyajikan Laporan Laba Rugi Dan Penghasilan Komprehensif Lain satu periode dalam bentuk satu laporan (bentuk tunggal), yaitu dengan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain disajikan dalam dua bagian dalam satu format laporan.

Dalam PSAK 1 (Revisi 2013): Penyajian Laporan Keuangan diatur mengenai informasi yang disajikan dalam bagian laporan laba rugi yaitu:
1. Pendapatan (revenue);
2. Biaya keuangan;
3. Bagian laba rugi dari entitas asosiasi atau ventura yang dicatat menggunakan metode ekuitas;
4. Beban pajak;
5. Jumlah tunggal untukmoperasi yang dihentikan.

UNSUR-UNSUR LAPORAN KEUANGAN

A. Unsur Laporan Keuangan
1. Posisi Keuangan
Unsur dalam posisi keuangan didefinisikan sebagai berikut :
a) Aset adalah sumberdaya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan darimana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh perusahaan. Manfaat ekonomi masa depan dapat berbentuk potensi untuk memberikan sumbangan arus kas atau setara kas pada perusahaan.
b) Liabilitas merupakan utang perusahaan masa kini yang timbul akibat dari peristiwa masa lalu, pemyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya perusahaan yang mengandung manfaat ekonomi. Karakteristik esensial dari liabilitas adalah bahwa perusahaan mempunyai kewajiban masa kini, baik karena kontrak yang mengikat, peraturan perundang-undangan, atau dari praktek bisnis yang lazim.
c) Ekuitas adalah hak residual atas aset perusahaan setelah dikurangi semua liabilitas. Ekuitas dapat disubklasifikasi didalam laporan posisi keuangan, misalnya untuk perseroan terbatas diklasifikasikan sebagai setoran modal, saldo laba, dan pencadangan saldo laba. 

2. Kinerja
Laba digunakan untuk sebagai ukuran kinerja dan dasar bagi ukuran kinerja investasi (return on investment) atau kinerja saham dengan melihat laba per saham (earnings per share). Unsur yang berkaitan langsung dengan laba adalah penghasilan (income) dan beban (expenses). 

Unsur pendapatan dan beban didefinisikan sebagai berikut:
1. Penghasilan adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aset atau penurunan libilitas yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal. Penghasilan meliputi pendapatan (revenues) dan keuntungan (gains). Pendapatan timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan yang biasa dan dikenal atau sering disebut penjualan, penghasilan jasa (fee), bunga, dividen, royalti dan sewa. Keuntungan mencerminkan kenaikan manfaat ekonomi dan mungkin timbul atau tidak timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan biasa. Contohnya penjualan aset tetap, keuntungan hasil investasi dan biasanya disajikan sebesar nilai neto.

2. Beban adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aset atau terjadinya liabilitas yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal. Beban mencakup kerugian maupun beban yang timbul dari aktivitas operasional perusahaan  yang biasa. 

B. Pengakuan Unsur Laporan Keuangan
Pengakuan (recognition) merupakan proses penentuan apakah suatu pos yang memenuhi definisi unsur dinyatakan laporan posisi keuangan atau laporan laba rugi komprehensif. Pos yang memenuhi definisi unsur laporan keuangan harus diakui jika :
  1. Ada kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang berkaitan dengan pos tersebut akan mengalir dari atau kedalam perusahaan; dan
  2. Pos tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan  andal.

Dalam pengakuan, konsep probabilitas digunakan untuk menggambarkan tingkat ketidakpastian dimasa datang. Misalnya jika pembayaran piutang besar kemungkinan (probable) dan tidak ada bukti lain yang bertentangan, maka dibenarkan untuk mengakui piutang tersebut sebagai aset.

Suatu pos yang memiliki karakteristik unsur tetapi tidak memenuhi kriteria pengakuan tetap perlu diungkapkan dalam catatan, materi penjelasan, atau skedul tambahan. Pengungkapan ini dapat dibenarkan apabila pengetahuan mengenai pos pos tersebut dipandang relevan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja, dan perubahan posisi keuangan suatu perusahaan. 

Aset diakui dalam laporan posisi keuangan jika besar kemungkinan bahwa manfaat ekonominya di masa depan diperoleh perusahaan dan aset tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal. Jika pengeluaran tidak menghasilkan manfaat ekonomi di masa datang maka pengeluaran tersebut tidak dapat diakui sebagai aset, sebaliknya menimbulkan beban dalam laporan laba rugi komprehensif. 

Liabilitas diakui dalam laporan posisi keuangan jika besar kemungkinan bahwa pengeluaran sumberdaya yang akan dilakukann menyelesaikan kewajiban (obligation) sekarang dan jumahnya dapat diukur dengan andal.

Penghasilan diakui dalam laporan laba rugi komprehensif jika kenaikan manfaat ekonomi di masa depan yang berkaitan dengan peningkatan aset atau penurunan liabilitas telah terjadi dan dapat diukur dengan andal.

Beban diakui  dalam laporan laba rugi komprehensif jika penurunan manfaat ekonomi di masa depan yang berkaitan dengan penurunan aset dan peningkatan liabilitas telah terjadi dan dapat diukur dengan andal, yang didasarkan atas dasar hubungan langsung antara biaya yang timbul dan pos penghasilan tertentu yang diperoleh (matching of cost and revenues).

C. Pengukuran Unsur Laporan Keuangan
Pengukuran adalah proses penetapan jumlah uang untuk unsur laporan keuangan yang disajikan dalam laporan posisi keuangan dan laba rugi komprehensif. Proses ini menyangkut pemilihan dasar pengukuran tertentu.
Berbagai dasar pengukuran tersebut adalah :
  1. Biaya historis (historical cost)  Adalah biaya perolehan pada tanggal transaksi
  2. Biaya kini (current cost) Adalah biaya yang seharusnya diperoleh saat ini atau pada saat pengukuran.
  3. Nilai realisasi/penyelesaian (realizable/settlement value) Adalah nilai yang dapat diperoleh dengan menjual aset dalam pelepasan normal (orderly disposal).
  4. Nilai kini (present value) Adalah arus kas masuk neto di masa depan yang didiskontokan ke biaya kini dari pos yang diharapkan dapat memberikan hasil dalam pelaksanaan usaha normal.
D. Konsep Pemeliharaan Modal
Menurut konsep modal keuangan, modal adalah aset neto atau ekuitas perusahaan yaitu uang atau daya beli yang diinvestasikan. Dua konsep pemeliharaan modal ini menciptakan dua konsep laba sebagai berikut:
1. Pemeliharaan modal keuangan
Menurut konsep ini, laba hanya diperoleh jika jumlah finansial (uang) dari aset neto pada akhir periode melebihi jumlah finansial (uang) dari aset neto pada awal periode, setelah memasukkan kembali setiap distribusi kepada, dan mengeluarkan setiap kontribusi dari para pemilik selama satu periode.
2. Pemeliharaan modal fisik
Menurut konsep ini, laba hanya diperoleh jika kapasitas produksi fisik (kemampuan usaha) pada akhir periode melebihi kapasitas produksi fisik pada awal periode, setelah memasukkan kembali setiap distribusi, dan mengeluarkan setiap kontribusi dari para pemilik dalam suatu periode.

Kamis, 09 April 2020

KERANGKA DASAR PENYAJIAN DAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN

Kerangka dasar penyajian dan penyusunan laporan keuangan, yang sering disebut juga kerangka konseptual, merupakan konsep-konsep yang menjadi dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan. Kerangka konseptual digunakan sebagai pedoman penyusun standar dalam mengembangkan standar di masa mendatang dan sebagai pedoman dalam menyelesaikan permasalahan akuntansi yang belum diatur dalam standar yang telah ada.

Kerangka konseptual ditujukan untuk:
  1. Penyusunan standar akuntansi keuangan dalam pelaksanaan tugasnya;
  2. Penyusun laporan keuangan untuk menanggulangi masalah  akuntansi yang belum diatur dalam standar keuangan;
  3. Auditor dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan keuangan disusun sesuai denganprinsip akuntansi yang berlaku;
  4. Para pemakai dalam menafsirkan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan.

Kerangka konseptual menurut PSAK terdiri dari:
1. Pengguna laporan keuangan
2. Tujuan laporan keuangan 
3. Asumsi dasar
4. Karakeristi kualitatif
5. Konsep pengakuan dan pengukuran unsur laporan keuangan
6. Konsep pemeliharaan modal

Kerangka konseptual menjadi dasar penyusunan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose finacial statement), termasuk laporan keuangan konsolidasi. Laporan keuangan dususun sekurang-kurangnya satu tahun sekali. Informasi keuangan tersebut disusun berdasrkan suatu asumsi yang mendasari yaitu kelangsungan usaha dan akrual. Informasi keuangan yang disusun harus memenuhi karakteristik kualitatif relevan, keandalan, dan dapat dipahami. Agar memilkiki kualitas relevan, laporan keuangan harus memiliki nilai prediksi, nilai konfirmasi (representation faitfulness), dan memperhatikan konsep materialitas. Untuk dapat memiliki kualitas keandalan, informasi harus bebas dari bias (netralitas) dengan pertimbangan yang sehat, memperhatikan kelengkapan, serta penyajian yang wajar dengan berpegang pada konsep substansi mengungguli bentuk. Untuk dapat dipahami laporan harus dapat dibandingkan dengan menjaga prinsip konsistensi dan pengungkapan. Dalam menyajikan laporan  keuangan yang relevan dan andal, penyusun laporan harus memperhatikan faktor tepat waktu, keseimbangan antar biaya dan manfaat, serta keseimbangan antarakarakteristik kualitatif.

Kerangka konseptual mengatur konsep umum tentang pengakuan dan pengukuran unsur-unsur dalam laporan keuangan. Unsur-unsur laporan keuangan yang dijelaskan adalah aset, liabilitas, pendapatan, dan beban. Kaidah dalam konseptual ini akan dipakai apabila dalam praktek tidak ada standar akuntansi yang khusus mengatur , maka perlakuan akuntansinya akan mengikuti standar akuntansi. Sebagai contoh, pengaturan tentang aset tetap tidak mengikuti aturan umum dalam kerangka konseptual karena telah ada standar khusus yang mengatur yaitu PSAK 16. Namun untuk perlakuan akuntansi biaya dibayar dimuka, penyusun laporan keuangan dapat menggunakan asumsi dasar akrual, konsep umum pengakuan beban sebagai dasar dalam mengakui dan mengukur biaya dibayar dimuka.

a. Pengguna dan Tujuan Laporan Keuangan
Pengguna laporan keuangan meliputi investor, calon investor, pemberi pinjaman, pemasok, kreditur lainnya, pelanggan, pemerintah, lembaga dan masyarakat, Pengguna tersebut menggunakan laporan keuangan memenuhi kebutuhan informasi yang berbeda, diantaranya:
  1. Investor, menilai perusahaan dan kemampuan perusahaan membayar dividen dimasa mendatang. Investor dapat memutuskan untuk membeli atau menjual sahamnya.
  2. Karyawan, kemampuan memberikan balas jasa, manfaat pensiun, dan kesempatan kerja.
  3. Pemberi pinjaman, kemampuan membayar utang dan bunga yang akan mempengaruhi keputusan apakah akan memberikan pinjaman.
  4. Pemasok dan kreditur lain, kemampuan perusahaan membayar liabilitasnya pada saat jatuh tempo.
  5. Pelanggan, kemampuan perusahaan menjamin kelangsungan hidupnya.
  6. Pemerintah, menilai bagaimana alokasi sumberdaya.
  7. Masyarakat, menilai tren dan perkembangan kemakmuran perusahaan.
Manajemen perusahaan merupakan penanggungjawab utama penyusunan laporan keuangan. Manajemen  memiliki akses informasi tentang pengelolaan perusahaan, namun yang disajikan dalam laporan keuangan untuk tujuan umum, sebatas informasi yang ditentukan dalam standar. Laporan keuangan menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen (stewardship) dan pertanggungjawaban sumberdaya perusahaan yang telah dipercayakan kepadanya.

b. Asumsi
Asumsi adalah penyusunan laporan keuangan digunakan sebagai konsep dasar yang melandasi penyusunan laporan keuangan. Berdasarkan asumsi ini laporan keuangan disusun dan diharapkan dapat memenuhi tujuan laporan keuangan.

c. Karakter Kualitatif
Laporan keuangan berisikan informasi keuangan yang pada hakikatnya adalah informasi kuantitatif. Agar informasi tersebut berguna bagi pemakainya, maka informasi tersebut harus memenuhi karakteristik kualitatif.  Dengan karakteristik kualitatif tersebut maka informasi kuantitatif dalam laporan keuangan dapat memenuhi kebutuhan pemakai. Menurut PSAK ada lima karakteristik kualitatif pokok, yaitu dapat dipahami, dapat dibandingkan relevan, dan keandalan.
  1. Dapat dipahami, Laporan keuangan harus dapat dipahami oleh pemakai agar dapat digunakan untuk pengambilan keputusan.
  2. Dapat dibandingkan, untuk dapat menganalisa tren kinerja perusahaan dan melihat posisi perusahaan dalam lingkungan usaha, pemakai perlu membandingkan laporan keuangan perusahaan antarperiode dan membandingkannya dengan perusahaan lain. Hal itu memerlukan konsistensi kebijakan akuntansi. Standar akuntansi juga diperlukan agar pengukuran dan penyajianinformasi sama antar perusahaan yang berbeda.
  3. Relevan, berhubungan dengan kegunaan informasi tersebut dalam pengambilan keputusan. Informasi dikatakan relevan jika informasi tersebut mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai, sehingga dengan membantu mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini dan masa depan, menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi di masa lalu.
  4. Keandalan, informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus dan jujur. Untuk kasus tanah, nilai wajar tanah dengan menggunakan referensi harga pembelian terakhir mungkin dapat dianggap  mempresentasikan nilai terkini.
Faktor-faktor  yang mempengaruhi keandalan laporan keuangan, antara lain:
a. Penyajian jujur, laporan keuangan harus menggambarkan dengan jujur nilai aset, liabilitas, ekuitas perusahaan pada tanggal pelaporan yang memenuhi kriteria pengakuan. b. Substansi menggungguli bentuk, transaksi dan peristiwa lain seharusnya disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi dan bukan hanya bentuk hukumnya.
c. Netralitas, informasi tidak boleh ditujukan menyajikan informasi yang mengunutungkan beberapa pihak, yang disisi lain akan merugikan pihak lainnya.
d. Pertimbangan sehat, dalam ketidakpastian penyusunan laporan keuangan harus menggunakan pertimbangan yang sehat. Sebagai contoh, dalam membuat estimasi masa manfaat ekonomi suatu aset tetap, tuntutan jaminan garansi, perusahaan harus menggunakan pertimbagan yang sehat (prudence) dalam menyusun laporan keuangan.
e. Kelengkapan, informasi dalam laporan keuanga harus lengkap dalam batasan materialitas dan mempertimbangkan biaya penyusunan.
f. Penyajian wajar, laporan keuangan harus menggambarkan atau menyajikan denga wajar, posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan.